Desa Benakat Minyak terutama Dusun IV Talang padang adalah desa yang berbatasan langsung dengan wialayah Kabupaten Musi Banyu Asin, masyarakat Dusun Talang padang adalah bagian dari masyarakat secara mayoritas pendapatan keluarga di peroleh dari hasil berkebun karet alam, dimana pendapatan dari hasil karet alam belum ada tanda-tanda pada perubahan ke arah yang lebih baik. Kebutuhan pangan dan sandang yang di peroleh dari hasil penjualan karet alam, juga masih di pasok dari Kabupaten lain, membuat kondisi ekonomi keluarga tani di Dusun Talang Padang belum mengarah pada perbaikan, dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan dan sandang secara mandiri. Ini disebabkan masih besarnya harapan masyarakat akan terjadinya perubahan peningkatan harga karet alam yang mereka terima. Kebun-kebun karet rakyat yang ada di Dusun Talang Padang adalah termasuk wilayah yang berada di kawasan hutan produksi. Kebun-kebun karet alam yang mereka usahakan masih dalam proses perijinan untuk menjadi Perhutanan Sosial agar usaha perkebunan karet tersebut mendapatkan legalisasi pemerintah terkait. Program Pehutanan Sosial (PS) adalah program pengelolaan hutan yang dapat di kelolah oleh masyarakat di sekitar hutan. Kayu merupakan hasil hutan produksi yang paling dominan dibandingkan jenis hasil hutan lainnya. Kayu yang di hasilkan dari hutan biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas dalam bentuk pulp kayu, baha baku bangunan dan lain sebagainya. Jenis-jenis kayu yang di hasilkan dari hutan produksi tentunya termasuk kedalam jenis kayu komersial dan tidak termasuk dalam katagori langka. Jenis-jenis kayu yang di hasilkan dari hutan produksi meliputi kayu jati, kayu jabon, kayu sengon, kayu meranti, kayu pinus, kayu eboni, kayu mahoni, kayu akasia dan sebagainya. Sedangkan Hasil Hutan Non Kayu : Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Merupakan hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunannya dan budidaya keculai kayu yang berasal dari hutan. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) merupakan sumber daya alam yang sangat melimpah dan memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan menjadi produk hutan andalan. Jenis-jenis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Meliputi rotan, getah damar (kopal), getah pinus (resin), bambu, buah-buahan, sagu, madu, nipah, dan lain sebagainya. Sedangkan pemanfaatan kawasan di areal hutan ini berupa Budidaya : Tanaman obat, tanaman Hias, janur, lebah, ulat sutera, penangkaran satwa, sarang burung walet dan budidaya hijauan makanan ternak. Selain itu juga kawasan hutan produksi dapat di usahakan kegiata-kegiataan berupa pemanfaatan jasa lingkungan merupakan kegiatan untuk memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi utamanya. Pemanfaatan jasa lingkungan di areal hutan produksi meliputi : Pemanfaatan aliran air, prmanfaatan air, wisata alam, perlingdungan keanekaragaman hayati, penyelamatan dan perlindungan lingkungan, penyerapan dan atau penyimpanan karbon. Sumber : https://foresteract.com/hutan-produksi Diakses pada selasa 15 oktober 2018 pukul 14.00 WIB. Potensi usaha-usaha yang dapat di kembangkan pada wilayah hutan produksi, begitu banyak dan harapannya ini dapat memberikan peluang dan kesempatan bagi masyarakat setempat untuk dapat meningkatkan prekonomian keluarga pada usaha-usaha lain selain karet alam yang selama ini mereka menaru harapan akan adanya perubahan dari harga karet alam. Harapan akan meningkatnya Harga Karet Alam yang dapat merubah kondisi prekonomian keluarga mereka, yang menyebabkan potensi-potensi usaha-usaha berbasis pertanian lainnya tidak tergali dan tereksploitasi secara maksimal karena masih manaruh harapan pada peningkatan harga karet alam. Potensi-potensi usaha pertanian lainnya selain berkebun Karet Alam, menjadi sesusatu hal yang di anggap tidak dapat memberikan kepastian dalam perbaikan ekonomi keluarga. Limbah kotoran sapi yang di hasilkan bagi setiap rumah tangga peternak, dimana selama ini kotoran-kotoran sapi pada usaha peternakan yang tidak intensif masih menggunakan cara-cara usaha yang tidak benar yang menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan di sekitar, padahal apabila masyarakat mengetahui dan memiliki kemauan untuk dapat merubah pola-pola peternakan sapi tersebut, dapat mengurangi pencemaran-pencemaran lingkungan dan manpaat ekonomis yang berlipat dari usaha peternakan sapi-sapi yang mereka lakukan. Menurut Soehadji, limbah peternakan meliputi semua kotoran yang di hasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat dan cairan gas, maupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah limbah semua limbah yang berbentuk cairan, atau dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian alat-alat) sedangkan limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas. Pencemaran karena gas metan menyebabkan bau yang tidak enak bagi lingkungan sekitar. Gas metan (CH4) berasal dari proses pencernaan ternak ruminansia. Gas metan ini adalah salah satu gas yang bertanggung jawab terhadap pemanasan global dan perusakan ozon, dengan laju 1 % per tahun dan terus meningkat. Apalagi di Indonesia, emisi metan per unit pakan atau laju konversi metan lebih besar karena kualitas hijauan pakan yang diberikan rendah. Semakin tinggi jumlah pemberian pakan kualitas rendah, semakin tinggi produksi metan. Dampak limbah peternakan : Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk mendorong kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan pencemaran. Suatu studi mengenai pencemaran air oleh limbah peternakan melaporkan bahwa total sapi dengan berat badannya 5.000 kg selama satu hari, produksi manurenya dapat mencemari 9.084 x 10 7 m3 air. Selain melalui air, limbah peternakan sering mencemari lingkungan secara biologis yaitu sebagai media untuk berkembang biaknya lalat. Kandungan air manure antara 27-86 % merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan larva lalat, sementara kandungan air manure 65-85 % merupakan media yang optimal untuk bertelur lalat. Lalu, dampak bagi sebagian warga dekat dengan salah satu peternakan sapi di daerah tersebut yaitu, pencemaran udara yang mengakibatkan terciumnya aroma tidak sedap dari limbah/kotoran sapi-sapi tersebut. Kehadiran limbah ternak dalam keadaan kering pun dapat menimbulkan pencemaran yaitu dengan menimbulkan debu. Pencemaran udara di lingkungan penggemukan sapi yang paling hebat ialah sekitar pukul 18.00, kandungan debu pada saat tersebut lebih dari 6000 mg/m3, jadi sudah melewati ambang batas yang dapat ditolelir untuk kesegaran udara di lingkungan (3000 mg/m3). Salah satu akibat dari pencemaran air oleh limbah ternak ruminansia ialah meningkatnya kadar nitrogen. Senyawa nitrogen sebagai polutan mempunyai efek polusi yang spesifik, dimana kehadirannya dapat menimbulkan konsekuensi penurunan kualitas perairan sebagai akibat terjadinya proses eutrofikasi, penurunan konsentrasi oksigen terlarut sebagai hasil proses nitrifikasi yang terjadi di dalam air yang dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan biota air. Dari ulasan di atas dampak dari pencemaran lingkungan yang di sebabkan oleh limbah kotoran sapi masyarakat di Desa Benakat Minyak atau khususnya Dusun Talang Padang, perlu di adakan sebuah penelitian untuk dapat mengkaji sampai sejauh mana sumbangan tingkat pencemaran lingkungan, udara dan air yang di akibatkan oleh kotoran-kotoran ternak yang ada, baik itu : a). Sumbangan gas metan limbah dari kotoran ternak masyarakat Dusun Talang Padang yang menyebabkan pemanasan global. b). Menggagu kehidupan masyarakat sekitar dari sumbangan bau yang tidak sedap yang di keluarkan oleh limbah-limbah kotoran sapi tersebut. c). Sumbangan Pencemaran air yang diperlukan bagi masyarakat di sekitar terhadapa dampak dari limbah kotoran sapi tersebut. d). Sumbangan pencemaran lingkungan dari kandungan air manure, merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan, perkembangan larva lalat, dan bertelur lalat. e). Dan sumbangan pencemaran udara, limbah kotoran sapi sebagai penghasil debu, apakah sumbangan debu yang telah merusak pencemaran lingkungan sudah melewati ambang batas. Pencemaran lingkungan, air dan udara yang di sebabkan oleh limbah kotoran sapi di Dusun Talang Padang khusunya bisa dikatakan telah menyebabkan kerugian bagi masyarakat di sekitar, salah satu upaya untuk mengurangi pencemaran-pencemaran tersebut, kita mencoba untuk menggali potensi dari limbah kotoran sapi tersebut. Terutama manpaat-manpaat yang terkandung dalam limbah kotoran sapi tersebut. Banyaknya manpaat dari limbah kotoran sapi, merupakan menjadi potensi yang dapat di eksploitasi sebagai usaha-usaha untuk perbaikan ekonomi masyarakat di Dusun Talang Padang. Baik itu pemanpaatan sebagai pupuk kandang untuk keperluan pemupukan tanaman, di jual secara komersil, juga limbah kotoran sapi dapat menciptakan kemandirian bahan bakar (Bio Gas) untuk keperluan rumah tangga. Selain itu adanya tren masyarakat-masyarakat desa di kabupaten-kabupaten lainnya, khusunya di pulau jawa, kotoran sapi di pergunakan sebagai pakan Ikan Lele. Karena menurut beberapa informasi dan penelitian yang dilakukan oleh Suprio Guntoro, salah satu peneliti terbaik Kementrian Pertanian yang berasal dari BPTP Bali, mengintroduksikan olahan kotoran sapi sebagai pakan ternak. Usaha tani ini merupakan usaha untuk mengintegrasikan antara ternak sapi dengan itik dan lele. Menurutnya kandungan protein yang terdapat dalam kotoran sapi berkisar 5-6 % s/d 7-10 % tergantung apa yang di konsumsi sapi tersebut. Namun, tentunya Introduksi pakan ini tidak dengan begitu saja diberikan kepada ternak lain, melalui berbagai proses yang mana salah satu tahapannya adalah dengan fermentasi dengan Microba Dekomposer. (Sumber : pada artikel yang di buat “Tingkatkan Nilai Ekonomi, Kotoran Sapi Jadi Pakan Bergizi Ternak”. Yang diterbitkan situs media online : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BALI 31 Oktober Tahun 2016 Pukul 0:24 ).Itulah sedikit informasi dan yang melatar belakangi program ini, mengenai pencemaran yang di sebabkan oleh limbah kotoran sapi dengan memanpaatkan potensi dan manfaat dari kotoran sapi, sebagai usaha-usaha untuk memperbaiki kondisi prekonomomian masyarakat, terutama untuk menyediakan kebutuhan akan daging ikan bagi masyarakat Dusun Talang Padang yang selama ini kemandirian dalam usaha-usaha untuk menyediakan kebutuhan daging ikan yang di anggap masyarakat setempat masih cukup sulit untuk di usahakan. Selain itu usaha-usaha untuk dapat memberikan kemampuan beternak ikan lele sisitem bioplok yang menggunakan pakan limbah kotoran sapi bagi masyarakat Dusun Talang Padang Desa Benakat Minyak, sudah dilakukan pada bulan januari tahun 2018, yang di uji coba di 3 (tiga) lokasi, dengan sumber bibit ikan dan kolam yang berbeda. Selain itu juga sedikit leuar dari topik program yang di sampaikan, bahwa upaya-upaya yang di lakukan oleh PT. PERTAMINA, EP. Asset 2 Pendopo Field. Melalui Kegiatan-kegiatan pemberdayaan “Pusat Pemberdayaan Masyarakat Pertamina PPMP” memanpaatkan limbah kotoran sapi di Dusun Talang Padang sebagai pupuk organik yang di aplikasikan pada usaha budidaya Jahe merah, Kunyit, dan temulawak program penanaman tanaman rempah dan obat. Budidaya tanaman obat dan rempah di Dusun Talang Padang telah di koordinir dengan terbentuknya Kelompok Tani Usaha Budidaya Tanaman Obat dan Rempah yang bernama “Kelompok Tani Sido Ngumpul” adanya usaha-usaha ini adalah sebuah kegiatan dalam mengoptimalkan limbah kotoran sapi menjadi sebuah peluang bagi masyarakat untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarga dari berbagai aspek. Selain meberikan potensi pada usaha yang dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat Dusun Talang Padang yang berada di kawasan Hutan Produksi, tanaman obat dan rempah seperti tanaman jahe, kunyit dan temulawak adalah tanaman yang dapat tumbuh dengan baik di antara tegakan-tegakan tanaman kayu-kayuan hutan, tanaman obat dan rempah tersebut adalah bagian dari Program jangka menengah Perhutanan Sosial (PS) yang dapat di upayakan masyarakat dalam meningkatkan sumber-sumber pendapatan keluarga pada komoditas-komoditas yang beragam di kawasan hutan. Tanaman obat dan rempah seperti jahe, kunyit, dan temulawak apabilah di tanam di bawah tegakan-tegakan tanaman karet alam, memilki keuntungan sebagai tanaman yang dapat mengurangi penyakit jamur akar putih pada tanaman karet alam. Diharapkan dari usaha tanaman obat dan rempah yang di lakukan, kotoran sapi sebagai bahan pupuk kandang dapat memberikan hasil yang lebih beragam pada usaha-usaha pertanian. Dan selain itu di harapkan usaha memproduksi tanaman obat dan rempah ini dapat mensuplai kebutuhan-kebutuhan bahan baku jamu gendong pada kelompok-kelompok jamu gendong binaan PT. PERTAMINA, EP. Asset 2 Pendopo Field, sebagai kebutuhan untuk membuat jamu, dimana pemberdayaan kelompok jamu gendong ini akan di arahkan pada pembuatan prodak jamu gendong kemasan untuk memperluas daya serap pasar.
Program Mina Padi
Acara pelepasan ujicoba Budidaya Mina Padi di Areal PPMP. dalam meningkatkan penerimaan keluarga tani Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir Provinsi Sumatera Selatan
Program Budidaya Sayuran Organik
Potret Pelatihan Budidaya Sayuran Organik di Pusat Pemberdayaan Masyarakat Pertamina PPMP Pendopo Program Sayuran Organik
Program Budidaya Padi Organik
Program Program usaha budidaya padi organik yang di tanam oleh masyarakat adat wilayah kawasan hutan untuk memenuhi kebutuhan beras yang sehat bagi keluarga tani di Desa Persiapan Simpang Solar Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir Provinsi Sumatera Selatan Indonesia
Wednesday, February 20, 2019
Budidaya Lele Pakan Kohe Sapi & Kemandirian Pangan
February 20, 2019
1 comment
Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, 21 Februari 2019. Kalau
ingin melihat banyaknya peternakan sapi di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir.
Itu hanya dapat di temui di Dusun IV Talang Padang Desa Benakat Minyak
Kecamatan Talang Ubi. Peternakan-peternakan Sapi yang di miliki hampir sebagian
besar masyarakat di Dusun Talang Padang yang ±
Berpenduduk 300 Kepala Keluarga, dan sebanyak ± 30 Kepala Keluarga yang
melakukan usaha peternakan sapi (sumber : Kelompok Tani “Sido Ngumpul”. Tahun
2018). Rata-rata jumlah sapi yang di
pelihara masing-masing keluarga sebanyak 4 ekor sapi, membuat dusun ini menjadi berbeda
dari desa-desa lainnya di Kabupaten PALI. Peternakan yang di lakukan secara
konpensional melalui sistem gembala, sudah menjadi Nilai-nilai Kearifan Lokal
yang di miliki desa tersebut yang patut untuk di pelihara dan di kembangkan
agar kemurnian dari nilai-nilai kearifan lokal tersebut menjadi sebuah investasi
usaha daya tarik. Desa Benakat Minyak Adalah salah desa yang
berada di wilayah pinggiran Kawasan Huta Produksi, Desa ini juga adalah desa
yang terdapat banyak sumur-sumur minyak bumi, pertanian padi sawah untuk
mememuhi kebutuhan akan beras sendiri sudah semenjak dulu di usahakan oleh beberapa
rumah tangga tani. Kerena selain usaha karet alam yang merupakan pendapatan
utama sebagian besar masyarakat, mereka merupakan penduduk datangan yang di
dominasi oleh masyarakat jawa yang berlatar belakang petani.
Desa Benakat Minyak terutama Dusun IV Talang padang adalah desa yang berbatasan langsung dengan wialayah Kabupaten Musi Banyu Asin, masyarakat Dusun Talang padang adalah bagian dari masyarakat secara mayoritas pendapatan keluarga di peroleh dari hasil berkebun karet alam, dimana pendapatan dari hasil karet alam belum ada tanda-tanda pada perubahan ke arah yang lebih baik. Kebutuhan pangan dan sandang yang di peroleh dari hasil penjualan karet alam, juga masih di pasok dari Kabupaten lain, membuat kondisi ekonomi keluarga tani di Dusun Talang Padang belum mengarah pada perbaikan, dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan dan sandang secara mandiri. Ini disebabkan masih besarnya harapan masyarakat akan terjadinya perubahan peningkatan harga karet alam yang mereka terima. Kebun-kebun karet rakyat yang ada di Dusun Talang Padang adalah termasuk wilayah yang berada di kawasan hutan produksi. Kebun-kebun karet alam yang mereka usahakan masih dalam proses perijinan untuk menjadi Perhutanan Sosial agar usaha perkebunan karet tersebut mendapatkan legalisasi pemerintah terkait. Program Pehutanan Sosial (PS) adalah program pengelolaan hutan yang dapat di kelolah oleh masyarakat di sekitar hutan. Kayu merupakan hasil hutan produksi yang paling dominan dibandingkan jenis hasil hutan lainnya. Kayu yang di hasilkan dari hutan biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas dalam bentuk pulp kayu, baha baku bangunan dan lain sebagainya. Jenis-jenis kayu yang di hasilkan dari hutan produksi tentunya termasuk kedalam jenis kayu komersial dan tidak termasuk dalam katagori langka. Jenis-jenis kayu yang di hasilkan dari hutan produksi meliputi kayu jati, kayu jabon, kayu sengon, kayu meranti, kayu pinus, kayu eboni, kayu mahoni, kayu akasia dan sebagainya. Sedangkan Hasil Hutan Non Kayu : Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Merupakan hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunannya dan budidaya keculai kayu yang berasal dari hutan. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) merupakan sumber daya alam yang sangat melimpah dan memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan menjadi produk hutan andalan. Jenis-jenis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Meliputi rotan, getah damar (kopal), getah pinus (resin), bambu, buah-buahan, sagu, madu, nipah, dan lain sebagainya. Sedangkan pemanfaatan kawasan di areal hutan ini berupa Budidaya : Tanaman obat, tanaman Hias, janur, lebah, ulat sutera, penangkaran satwa, sarang burung walet dan budidaya hijauan makanan ternak. Selain itu juga kawasan hutan produksi dapat di usahakan kegiata-kegiataan berupa pemanfaatan jasa lingkungan merupakan kegiatan untuk memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi utamanya. Pemanfaatan jasa lingkungan di areal hutan produksi meliputi : Pemanfaatan aliran air, prmanfaatan air, wisata alam, perlingdungan keanekaragaman hayati, penyelamatan dan perlindungan lingkungan, penyerapan dan atau penyimpanan karbon. Sumber : https://foresteract.com/hutan-produksi Diakses pada selasa 15 oktober 2018 pukul 14.00 WIB. Potensi usaha-usaha yang dapat di kembangkan pada wilayah hutan produksi, begitu banyak dan harapannya ini dapat memberikan peluang dan kesempatan bagi masyarakat setempat untuk dapat meningkatkan prekonomian keluarga pada usaha-usaha lain selain karet alam yang selama ini mereka menaru harapan akan adanya perubahan dari harga karet alam. Harapan akan meningkatnya Harga Karet Alam yang dapat merubah kondisi prekonomian keluarga mereka, yang menyebabkan potensi-potensi usaha-usaha berbasis pertanian lainnya tidak tergali dan tereksploitasi secara maksimal karena masih manaruh harapan pada peningkatan harga karet alam. Potensi-potensi usaha pertanian lainnya selain berkebun Karet Alam, menjadi sesusatu hal yang di anggap tidak dapat memberikan kepastian dalam perbaikan ekonomi keluarga. Limbah kotoran sapi yang di hasilkan bagi setiap rumah tangga peternak, dimana selama ini kotoran-kotoran sapi pada usaha peternakan yang tidak intensif masih menggunakan cara-cara usaha yang tidak benar yang menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan di sekitar, padahal apabila masyarakat mengetahui dan memiliki kemauan untuk dapat merubah pola-pola peternakan sapi tersebut, dapat mengurangi pencemaran-pencemaran lingkungan dan manpaat ekonomis yang berlipat dari usaha peternakan sapi-sapi yang mereka lakukan. Menurut Soehadji, limbah peternakan meliputi semua kotoran yang di hasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat dan cairan gas, maupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah limbah semua limbah yang berbentuk cairan, atau dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian alat-alat) sedangkan limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas. Pencemaran karena gas metan menyebabkan bau yang tidak enak bagi lingkungan sekitar. Gas metan (CH4) berasal dari proses pencernaan ternak ruminansia. Gas metan ini adalah salah satu gas yang bertanggung jawab terhadap pemanasan global dan perusakan ozon, dengan laju 1 % per tahun dan terus meningkat. Apalagi di Indonesia, emisi metan per unit pakan atau laju konversi metan lebih besar karena kualitas hijauan pakan yang diberikan rendah. Semakin tinggi jumlah pemberian pakan kualitas rendah, semakin tinggi produksi metan. Dampak limbah peternakan : Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk mendorong kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan pencemaran. Suatu studi mengenai pencemaran air oleh limbah peternakan melaporkan bahwa total sapi dengan berat badannya 5.000 kg selama satu hari, produksi manurenya dapat mencemari 9.084 x 10 7 m3 air. Selain melalui air, limbah peternakan sering mencemari lingkungan secara biologis yaitu sebagai media untuk berkembang biaknya lalat. Kandungan air manure antara 27-86 % merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan larva lalat, sementara kandungan air manure 65-85 % merupakan media yang optimal untuk bertelur lalat. Lalu, dampak bagi sebagian warga dekat dengan salah satu peternakan sapi di daerah tersebut yaitu, pencemaran udara yang mengakibatkan terciumnya aroma tidak sedap dari limbah/kotoran sapi-sapi tersebut. Kehadiran limbah ternak dalam keadaan kering pun dapat menimbulkan pencemaran yaitu dengan menimbulkan debu. Pencemaran udara di lingkungan penggemukan sapi yang paling hebat ialah sekitar pukul 18.00, kandungan debu pada saat tersebut lebih dari 6000 mg/m3, jadi sudah melewati ambang batas yang dapat ditolelir untuk kesegaran udara di lingkungan (3000 mg/m3). Salah satu akibat dari pencemaran air oleh limbah ternak ruminansia ialah meningkatnya kadar nitrogen. Senyawa nitrogen sebagai polutan mempunyai efek polusi yang spesifik, dimana kehadirannya dapat menimbulkan konsekuensi penurunan kualitas perairan sebagai akibat terjadinya proses eutrofikasi, penurunan konsentrasi oksigen terlarut sebagai hasil proses nitrifikasi yang terjadi di dalam air yang dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan biota air. Dari ulasan di atas dampak dari pencemaran lingkungan yang di sebabkan oleh limbah kotoran sapi masyarakat di Desa Benakat Minyak atau khususnya Dusun Talang Padang, perlu di adakan sebuah penelitian untuk dapat mengkaji sampai sejauh mana sumbangan tingkat pencemaran lingkungan, udara dan air yang di akibatkan oleh kotoran-kotoran ternak yang ada, baik itu : a). Sumbangan gas metan limbah dari kotoran ternak masyarakat Dusun Talang Padang yang menyebabkan pemanasan global. b). Menggagu kehidupan masyarakat sekitar dari sumbangan bau yang tidak sedap yang di keluarkan oleh limbah-limbah kotoran sapi tersebut. c). Sumbangan Pencemaran air yang diperlukan bagi masyarakat di sekitar terhadapa dampak dari limbah kotoran sapi tersebut. d). Sumbangan pencemaran lingkungan dari kandungan air manure, merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan, perkembangan larva lalat, dan bertelur lalat. e). Dan sumbangan pencemaran udara, limbah kotoran sapi sebagai penghasil debu, apakah sumbangan debu yang telah merusak pencemaran lingkungan sudah melewati ambang batas. Pencemaran lingkungan, air dan udara yang di sebabkan oleh limbah kotoran sapi di Dusun Talang Padang khusunya bisa dikatakan telah menyebabkan kerugian bagi masyarakat di sekitar, salah satu upaya untuk mengurangi pencemaran-pencemaran tersebut, kita mencoba untuk menggali potensi dari limbah kotoran sapi tersebut. Terutama manpaat-manpaat yang terkandung dalam limbah kotoran sapi tersebut. Banyaknya manpaat dari limbah kotoran sapi, merupakan menjadi potensi yang dapat di eksploitasi sebagai usaha-usaha untuk perbaikan ekonomi masyarakat di Dusun Talang Padang. Baik itu pemanpaatan sebagai pupuk kandang untuk keperluan pemupukan tanaman, di jual secara komersil, juga limbah kotoran sapi dapat menciptakan kemandirian bahan bakar (Bio Gas) untuk keperluan rumah tangga. Selain itu adanya tren masyarakat-masyarakat desa di kabupaten-kabupaten lainnya, khusunya di pulau jawa, kotoran sapi di pergunakan sebagai pakan Ikan Lele. Karena menurut beberapa informasi dan penelitian yang dilakukan oleh Suprio Guntoro, salah satu peneliti terbaik Kementrian Pertanian yang berasal dari BPTP Bali, mengintroduksikan olahan kotoran sapi sebagai pakan ternak. Usaha tani ini merupakan usaha untuk mengintegrasikan antara ternak sapi dengan itik dan lele. Menurutnya kandungan protein yang terdapat dalam kotoran sapi berkisar 5-6 % s/d 7-10 % tergantung apa yang di konsumsi sapi tersebut. Namun, tentunya Introduksi pakan ini tidak dengan begitu saja diberikan kepada ternak lain, melalui berbagai proses yang mana salah satu tahapannya adalah dengan fermentasi dengan Microba Dekomposer. (Sumber : pada artikel yang di buat “Tingkatkan Nilai Ekonomi, Kotoran Sapi Jadi Pakan Bergizi Ternak”. Yang diterbitkan situs media online : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BALI 31 Oktober Tahun 2016 Pukul 0:24 ).Itulah sedikit informasi dan yang melatar belakangi program ini, mengenai pencemaran yang di sebabkan oleh limbah kotoran sapi dengan memanpaatkan potensi dan manfaat dari kotoran sapi, sebagai usaha-usaha untuk memperbaiki kondisi prekonomomian masyarakat, terutama untuk menyediakan kebutuhan akan daging ikan bagi masyarakat Dusun Talang Padang yang selama ini kemandirian dalam usaha-usaha untuk menyediakan kebutuhan daging ikan yang di anggap masyarakat setempat masih cukup sulit untuk di usahakan. Selain itu usaha-usaha untuk dapat memberikan kemampuan beternak ikan lele sisitem bioplok yang menggunakan pakan limbah kotoran sapi bagi masyarakat Dusun Talang Padang Desa Benakat Minyak, sudah dilakukan pada bulan januari tahun 2018, yang di uji coba di 3 (tiga) lokasi, dengan sumber bibit ikan dan kolam yang berbeda. Selain itu juga sedikit leuar dari topik program yang di sampaikan, bahwa upaya-upaya yang di lakukan oleh PT. PERTAMINA, EP. Asset 2 Pendopo Field. Melalui Kegiatan-kegiatan pemberdayaan “Pusat Pemberdayaan Masyarakat Pertamina PPMP” memanpaatkan limbah kotoran sapi di Dusun Talang Padang sebagai pupuk organik yang di aplikasikan pada usaha budidaya Jahe merah, Kunyit, dan temulawak program penanaman tanaman rempah dan obat. Budidaya tanaman obat dan rempah di Dusun Talang Padang telah di koordinir dengan terbentuknya Kelompok Tani Usaha Budidaya Tanaman Obat dan Rempah yang bernama “Kelompok Tani Sido Ngumpul” adanya usaha-usaha ini adalah sebuah kegiatan dalam mengoptimalkan limbah kotoran sapi menjadi sebuah peluang bagi masyarakat untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarga dari berbagai aspek. Selain meberikan potensi pada usaha yang dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat Dusun Talang Padang yang berada di kawasan Hutan Produksi, tanaman obat dan rempah seperti tanaman jahe, kunyit dan temulawak adalah tanaman yang dapat tumbuh dengan baik di antara tegakan-tegakan tanaman kayu-kayuan hutan, tanaman obat dan rempah tersebut adalah bagian dari Program jangka menengah Perhutanan Sosial (PS) yang dapat di upayakan masyarakat dalam meningkatkan sumber-sumber pendapatan keluarga pada komoditas-komoditas yang beragam di kawasan hutan. Tanaman obat dan rempah seperti jahe, kunyit, dan temulawak apabilah di tanam di bawah tegakan-tegakan tanaman karet alam, memilki keuntungan sebagai tanaman yang dapat mengurangi penyakit jamur akar putih pada tanaman karet alam. Diharapkan dari usaha tanaman obat dan rempah yang di lakukan, kotoran sapi sebagai bahan pupuk kandang dapat memberikan hasil yang lebih beragam pada usaha-usaha pertanian. Dan selain itu di harapkan usaha memproduksi tanaman obat dan rempah ini dapat mensuplai kebutuhan-kebutuhan bahan baku jamu gendong pada kelompok-kelompok jamu gendong binaan PT. PERTAMINA, EP. Asset 2 Pendopo Field, sebagai kebutuhan untuk membuat jamu, dimana pemberdayaan kelompok jamu gendong ini akan di arahkan pada pembuatan prodak jamu gendong kemasan untuk memperluas daya serap pasar.
Desa Benakat Minyak terutama Dusun IV Talang padang adalah desa yang berbatasan langsung dengan wialayah Kabupaten Musi Banyu Asin, masyarakat Dusun Talang padang adalah bagian dari masyarakat secara mayoritas pendapatan keluarga di peroleh dari hasil berkebun karet alam, dimana pendapatan dari hasil karet alam belum ada tanda-tanda pada perubahan ke arah yang lebih baik. Kebutuhan pangan dan sandang yang di peroleh dari hasil penjualan karet alam, juga masih di pasok dari Kabupaten lain, membuat kondisi ekonomi keluarga tani di Dusun Talang Padang belum mengarah pada perbaikan, dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan dan sandang secara mandiri. Ini disebabkan masih besarnya harapan masyarakat akan terjadinya perubahan peningkatan harga karet alam yang mereka terima. Kebun-kebun karet rakyat yang ada di Dusun Talang Padang adalah termasuk wilayah yang berada di kawasan hutan produksi. Kebun-kebun karet alam yang mereka usahakan masih dalam proses perijinan untuk menjadi Perhutanan Sosial agar usaha perkebunan karet tersebut mendapatkan legalisasi pemerintah terkait. Program Pehutanan Sosial (PS) adalah program pengelolaan hutan yang dapat di kelolah oleh masyarakat di sekitar hutan. Kayu merupakan hasil hutan produksi yang paling dominan dibandingkan jenis hasil hutan lainnya. Kayu yang di hasilkan dari hutan biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas dalam bentuk pulp kayu, baha baku bangunan dan lain sebagainya. Jenis-jenis kayu yang di hasilkan dari hutan produksi tentunya termasuk kedalam jenis kayu komersial dan tidak termasuk dalam katagori langka. Jenis-jenis kayu yang di hasilkan dari hutan produksi meliputi kayu jati, kayu jabon, kayu sengon, kayu meranti, kayu pinus, kayu eboni, kayu mahoni, kayu akasia dan sebagainya. Sedangkan Hasil Hutan Non Kayu : Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Merupakan hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunannya dan budidaya keculai kayu yang berasal dari hutan. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) merupakan sumber daya alam yang sangat melimpah dan memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan menjadi produk hutan andalan. Jenis-jenis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Meliputi rotan, getah damar (kopal), getah pinus (resin), bambu, buah-buahan, sagu, madu, nipah, dan lain sebagainya. Sedangkan pemanfaatan kawasan di areal hutan ini berupa Budidaya : Tanaman obat, tanaman Hias, janur, lebah, ulat sutera, penangkaran satwa, sarang burung walet dan budidaya hijauan makanan ternak. Selain itu juga kawasan hutan produksi dapat di usahakan kegiata-kegiataan berupa pemanfaatan jasa lingkungan merupakan kegiatan untuk memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi utamanya. Pemanfaatan jasa lingkungan di areal hutan produksi meliputi : Pemanfaatan aliran air, prmanfaatan air, wisata alam, perlingdungan keanekaragaman hayati, penyelamatan dan perlindungan lingkungan, penyerapan dan atau penyimpanan karbon. Sumber : https://foresteract.com/hutan-produksi Diakses pada selasa 15 oktober 2018 pukul 14.00 WIB. Potensi usaha-usaha yang dapat di kembangkan pada wilayah hutan produksi, begitu banyak dan harapannya ini dapat memberikan peluang dan kesempatan bagi masyarakat setempat untuk dapat meningkatkan prekonomian keluarga pada usaha-usaha lain selain karet alam yang selama ini mereka menaru harapan akan adanya perubahan dari harga karet alam. Harapan akan meningkatnya Harga Karet Alam yang dapat merubah kondisi prekonomian keluarga mereka, yang menyebabkan potensi-potensi usaha-usaha berbasis pertanian lainnya tidak tergali dan tereksploitasi secara maksimal karena masih manaruh harapan pada peningkatan harga karet alam. Potensi-potensi usaha pertanian lainnya selain berkebun Karet Alam, menjadi sesusatu hal yang di anggap tidak dapat memberikan kepastian dalam perbaikan ekonomi keluarga. Limbah kotoran sapi yang di hasilkan bagi setiap rumah tangga peternak, dimana selama ini kotoran-kotoran sapi pada usaha peternakan yang tidak intensif masih menggunakan cara-cara usaha yang tidak benar yang menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan di sekitar, padahal apabila masyarakat mengetahui dan memiliki kemauan untuk dapat merubah pola-pola peternakan sapi tersebut, dapat mengurangi pencemaran-pencemaran lingkungan dan manpaat ekonomis yang berlipat dari usaha peternakan sapi-sapi yang mereka lakukan. Menurut Soehadji, limbah peternakan meliputi semua kotoran yang di hasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat dan cairan gas, maupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah limbah semua limbah yang berbentuk cairan, atau dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian alat-alat) sedangkan limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas. Pencemaran karena gas metan menyebabkan bau yang tidak enak bagi lingkungan sekitar. Gas metan (CH4) berasal dari proses pencernaan ternak ruminansia. Gas metan ini adalah salah satu gas yang bertanggung jawab terhadap pemanasan global dan perusakan ozon, dengan laju 1 % per tahun dan terus meningkat. Apalagi di Indonesia, emisi metan per unit pakan atau laju konversi metan lebih besar karena kualitas hijauan pakan yang diberikan rendah. Semakin tinggi jumlah pemberian pakan kualitas rendah, semakin tinggi produksi metan. Dampak limbah peternakan : Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk mendorong kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan pencemaran. Suatu studi mengenai pencemaran air oleh limbah peternakan melaporkan bahwa total sapi dengan berat badannya 5.000 kg selama satu hari, produksi manurenya dapat mencemari 9.084 x 10 7 m3 air. Selain melalui air, limbah peternakan sering mencemari lingkungan secara biologis yaitu sebagai media untuk berkembang biaknya lalat. Kandungan air manure antara 27-86 % merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan larva lalat, sementara kandungan air manure 65-85 % merupakan media yang optimal untuk bertelur lalat. Lalu, dampak bagi sebagian warga dekat dengan salah satu peternakan sapi di daerah tersebut yaitu, pencemaran udara yang mengakibatkan terciumnya aroma tidak sedap dari limbah/kotoran sapi-sapi tersebut. Kehadiran limbah ternak dalam keadaan kering pun dapat menimbulkan pencemaran yaitu dengan menimbulkan debu. Pencemaran udara di lingkungan penggemukan sapi yang paling hebat ialah sekitar pukul 18.00, kandungan debu pada saat tersebut lebih dari 6000 mg/m3, jadi sudah melewati ambang batas yang dapat ditolelir untuk kesegaran udara di lingkungan (3000 mg/m3). Salah satu akibat dari pencemaran air oleh limbah ternak ruminansia ialah meningkatnya kadar nitrogen. Senyawa nitrogen sebagai polutan mempunyai efek polusi yang spesifik, dimana kehadirannya dapat menimbulkan konsekuensi penurunan kualitas perairan sebagai akibat terjadinya proses eutrofikasi, penurunan konsentrasi oksigen terlarut sebagai hasil proses nitrifikasi yang terjadi di dalam air yang dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan biota air. Dari ulasan di atas dampak dari pencemaran lingkungan yang di sebabkan oleh limbah kotoran sapi masyarakat di Desa Benakat Minyak atau khususnya Dusun Talang Padang, perlu di adakan sebuah penelitian untuk dapat mengkaji sampai sejauh mana sumbangan tingkat pencemaran lingkungan, udara dan air yang di akibatkan oleh kotoran-kotoran ternak yang ada, baik itu : a). Sumbangan gas metan limbah dari kotoran ternak masyarakat Dusun Talang Padang yang menyebabkan pemanasan global. b). Menggagu kehidupan masyarakat sekitar dari sumbangan bau yang tidak sedap yang di keluarkan oleh limbah-limbah kotoran sapi tersebut. c). Sumbangan Pencemaran air yang diperlukan bagi masyarakat di sekitar terhadapa dampak dari limbah kotoran sapi tersebut. d). Sumbangan pencemaran lingkungan dari kandungan air manure, merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan, perkembangan larva lalat, dan bertelur lalat. e). Dan sumbangan pencemaran udara, limbah kotoran sapi sebagai penghasil debu, apakah sumbangan debu yang telah merusak pencemaran lingkungan sudah melewati ambang batas. Pencemaran lingkungan, air dan udara yang di sebabkan oleh limbah kotoran sapi di Dusun Talang Padang khusunya bisa dikatakan telah menyebabkan kerugian bagi masyarakat di sekitar, salah satu upaya untuk mengurangi pencemaran-pencemaran tersebut, kita mencoba untuk menggali potensi dari limbah kotoran sapi tersebut. Terutama manpaat-manpaat yang terkandung dalam limbah kotoran sapi tersebut. Banyaknya manpaat dari limbah kotoran sapi, merupakan menjadi potensi yang dapat di eksploitasi sebagai usaha-usaha untuk perbaikan ekonomi masyarakat di Dusun Talang Padang. Baik itu pemanpaatan sebagai pupuk kandang untuk keperluan pemupukan tanaman, di jual secara komersil, juga limbah kotoran sapi dapat menciptakan kemandirian bahan bakar (Bio Gas) untuk keperluan rumah tangga. Selain itu adanya tren masyarakat-masyarakat desa di kabupaten-kabupaten lainnya, khusunya di pulau jawa, kotoran sapi di pergunakan sebagai pakan Ikan Lele. Karena menurut beberapa informasi dan penelitian yang dilakukan oleh Suprio Guntoro, salah satu peneliti terbaik Kementrian Pertanian yang berasal dari BPTP Bali, mengintroduksikan olahan kotoran sapi sebagai pakan ternak. Usaha tani ini merupakan usaha untuk mengintegrasikan antara ternak sapi dengan itik dan lele. Menurutnya kandungan protein yang terdapat dalam kotoran sapi berkisar 5-6 % s/d 7-10 % tergantung apa yang di konsumsi sapi tersebut. Namun, tentunya Introduksi pakan ini tidak dengan begitu saja diberikan kepada ternak lain, melalui berbagai proses yang mana salah satu tahapannya adalah dengan fermentasi dengan Microba Dekomposer. (Sumber : pada artikel yang di buat “Tingkatkan Nilai Ekonomi, Kotoran Sapi Jadi Pakan Bergizi Ternak”. Yang diterbitkan situs media online : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BALI 31 Oktober Tahun 2016 Pukul 0:24 ).Itulah sedikit informasi dan yang melatar belakangi program ini, mengenai pencemaran yang di sebabkan oleh limbah kotoran sapi dengan memanpaatkan potensi dan manfaat dari kotoran sapi, sebagai usaha-usaha untuk memperbaiki kondisi prekonomomian masyarakat, terutama untuk menyediakan kebutuhan akan daging ikan bagi masyarakat Dusun Talang Padang yang selama ini kemandirian dalam usaha-usaha untuk menyediakan kebutuhan daging ikan yang di anggap masyarakat setempat masih cukup sulit untuk di usahakan. Selain itu usaha-usaha untuk dapat memberikan kemampuan beternak ikan lele sisitem bioplok yang menggunakan pakan limbah kotoran sapi bagi masyarakat Dusun Talang Padang Desa Benakat Minyak, sudah dilakukan pada bulan januari tahun 2018, yang di uji coba di 3 (tiga) lokasi, dengan sumber bibit ikan dan kolam yang berbeda. Selain itu juga sedikit leuar dari topik program yang di sampaikan, bahwa upaya-upaya yang di lakukan oleh PT. PERTAMINA, EP. Asset 2 Pendopo Field. Melalui Kegiatan-kegiatan pemberdayaan “Pusat Pemberdayaan Masyarakat Pertamina PPMP” memanpaatkan limbah kotoran sapi di Dusun Talang Padang sebagai pupuk organik yang di aplikasikan pada usaha budidaya Jahe merah, Kunyit, dan temulawak program penanaman tanaman rempah dan obat. Budidaya tanaman obat dan rempah di Dusun Talang Padang telah di koordinir dengan terbentuknya Kelompok Tani Usaha Budidaya Tanaman Obat dan Rempah yang bernama “Kelompok Tani Sido Ngumpul” adanya usaha-usaha ini adalah sebuah kegiatan dalam mengoptimalkan limbah kotoran sapi menjadi sebuah peluang bagi masyarakat untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarga dari berbagai aspek. Selain meberikan potensi pada usaha yang dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat Dusun Talang Padang yang berada di kawasan Hutan Produksi, tanaman obat dan rempah seperti tanaman jahe, kunyit dan temulawak adalah tanaman yang dapat tumbuh dengan baik di antara tegakan-tegakan tanaman kayu-kayuan hutan, tanaman obat dan rempah tersebut adalah bagian dari Program jangka menengah Perhutanan Sosial (PS) yang dapat di upayakan masyarakat dalam meningkatkan sumber-sumber pendapatan keluarga pada komoditas-komoditas yang beragam di kawasan hutan. Tanaman obat dan rempah seperti jahe, kunyit, dan temulawak apabilah di tanam di bawah tegakan-tegakan tanaman karet alam, memilki keuntungan sebagai tanaman yang dapat mengurangi penyakit jamur akar putih pada tanaman karet alam. Diharapkan dari usaha tanaman obat dan rempah yang di lakukan, kotoran sapi sebagai bahan pupuk kandang dapat memberikan hasil yang lebih beragam pada usaha-usaha pertanian. Dan selain itu di harapkan usaha memproduksi tanaman obat dan rempah ini dapat mensuplai kebutuhan-kebutuhan bahan baku jamu gendong pada kelompok-kelompok jamu gendong binaan PT. PERTAMINA, EP. Asset 2 Pendopo Field, sebagai kebutuhan untuk membuat jamu, dimana pemberdayaan kelompok jamu gendong ini akan di arahkan pada pembuatan prodak jamu gendong kemasan untuk memperluas daya serap pasar.
Adi Iskandar,
SP
Sayuran Organik dan Kemandirian Pangan
February 20, 2019
No comments
Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, 21 Februari 2019.
Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari baik pangan dan sandang sebagian besar masyarakat memperolehnya dari pendapatan usaha berkebun karet alam, dimana penerimaan dari penjualan karet alam tidak begitu mencukupi untuk memenuhi kebutahan hidup keluarga, yang jumlahnya kisaran rata-rata Rp.300.000 s/d Rp.500.000 /perkeluarga/perminggu. Yang di alami sebagian besar masyarakat tani di Kabupaten PALI. Situasi tersebut belum menunjukan tanda-tanda pada peningkatan harga karet alam. Dimana pangan dan sandang, terutama sayur-sayuran sampai saat ini hampir secara keseluruhan masih di pasok dari luar Kabupaten PALI. Dari situasi inilah upaya untuk memberikan pemahaman dan menggali potensi-potensi desa pada usaha-usaha yang menghasilkan komoditas pertanian lainnya untuk memperbanyak ketersediaan jenis-jneis komoditas pangan kepada masyarakat, yang sebagian besar berlatar belakang petani, selain sumber pendapatan baru juga agar kebutuhan Pangan dapat terpenuhi secara mandiri. Sungguh ironis jika ketersediaan-ketersediaan komoditas usahatani yang merupakan bahan-bahan pangan menjadi sulit di peroleh karena masih mengandalkan penerimaan dari usaha penjualan karet alam yang begitu rendah untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan pangan dan sandang keluarga. Masyarakat tani yang berada di pinggir kawasan hutan hampir secara mayoritas melakukan usaha berkebun karet alam, Kawasan Hutan di Kabupaten PALI terletak di beberapa desa seperti Desa Semangus,
Desa Benakat Minyak, Desa Persiapan Simpang Solar dan Desa Sungai
Baung Kecamatan Talang Ubi Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir. Dimana Alam
ataupun Hutan biasanya memberikan kebaikan-kebaikan berupa sumber-sumber
kehidupan bagi masyarakat di sekitar hutan. Hutan penuh dengan Keanekaragaman
Hayati (Biodiversitas) terutama ketika hutan itu lestari maka tersedianya sumber-sumber
bahan-bahan organik kaya akan mikro organisme yang menguntungkan bagi tanaman. Sumber
– sumber bahan oganik ini dapat memberikan kelimpahan media tanam yang subur bagi
masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan, sebagai bahan penyubur tanah
lahan-lahan pertanian. Sejatinya masyarakat yang berada di sekitar hutan
memilki keterikatan yang sangat erat dengan adanya keberadaan hutan, dan
memiliki peran penting dalam menjaga, melindungi, melestarikan dan mengelola hutan
agar hutan dapat memberikan kehidupan, baik itu fungsi dan keberadaan hutan itu
sendiri. Nilai – nilai Kearifan Lokal pada kawasan hutan sejak dulu berjalan
selaras terhadap keberlangsungan ekosistem hutan agar tetap lestari. Namun
nilai-nilai Kearifan Lokal pada masyarakat sekitar hutan sudah makin terkikis
dan perlu upaya untuk menjaga nilai-nilai ini agar tetap dapat menjadi teradisi
dalam memberikan kepastian terjaganya keberadaan hutan. Desa-desa tersebut
sebagian besar masih mengandalkan pada sumber pendapatan dari kebun-kebun karet
alam yang sampai saat ini belum dapat memberikan perbaikan pada prekonomian
keluarga tani. Kebun-kebun karet alam ini tumbuh tegak pada wilayah-wilayah
hutan, desa-desa tersebut masyarakatnya belum mengenal sistem Agroforestry yang
dapat memberikan hasil usahatani yang lebih beragam pada komoditas-komoditas
lainnya sebagai sumber-sumber penyediaan pangan secara mandiri dan pendapatan
baru bagi keluarga tani yang berada di sekitar hutan. Sistem pertanian
Agroforestry dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat di sekitar hutan baik
itu keuntungan jangka pendek, jangka menengah dan panjang, tanpa menghilangkan fungsi
dan keberadaan hutan itu sendiri. Sistem pertaian di sekitar hutan yang di
lakukan masyarakat di Kabupaten PALI saat ini masih memerlukan pembinaan dan
pendampingan dalam pengelolaan hutan secara arif dan bijaksana. Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari baik pangan dan sandang sebagian besar masyarakat memperolehnya dari pendapatan usaha berkebun karet alam, dimana penerimaan dari penjualan karet alam tidak begitu mencukupi untuk memenuhi kebutahan hidup keluarga, yang jumlahnya kisaran rata-rata Rp.300.000 s/d Rp.500.000 /perkeluarga/perminggu. Yang di alami sebagian besar masyarakat tani di Kabupaten PALI. Situasi tersebut belum menunjukan tanda-tanda pada peningkatan harga karet alam. Dimana pangan dan sandang, terutama sayur-sayuran sampai saat ini hampir secara keseluruhan masih di pasok dari luar Kabupaten PALI. Dari situasi inilah upaya untuk memberikan pemahaman dan menggali potensi-potensi desa pada usaha-usaha yang menghasilkan komoditas pertanian lainnya untuk memperbanyak ketersediaan jenis-jneis komoditas pangan kepada masyarakat, yang sebagian besar berlatar belakang petani, selain sumber pendapatan baru juga agar kebutuhan Pangan dapat terpenuhi secara mandiri. Sungguh ironis jika ketersediaan-ketersediaan komoditas usahatani yang merupakan bahan-bahan pangan menjadi sulit di peroleh karena masih mengandalkan penerimaan dari usaha penjualan karet alam yang begitu rendah untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan pangan dan sandang keluarga. Masyarakat tani yang berada di pinggir kawasan hutan hampir secara mayoritas melakukan usaha berkebun karet alam, Kawasan Hutan di Kabupaten PALI terletak di beberapa desa seperti Desa Semangus,
Usaha budidaya sayuran organik adalah salah satu usaha jangka pendek yang dapat memberikan keuntungan keluarga tani di sekitar hutan, keuntungan sebagai penyedia sayuran yang sehat bagi keluarga secara mandiri dan penerimaan keluarga dari hasil penjualan sayuran, apabila ini menjadi sebuah usaha keluarga tani yang dilakukan secara intensif. Masyarakat tani di sekitar hutan memilki kesempatan yang cukup besar untuk melakukan usaha-usaha bertanam jenis sayur-sayuran sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan sayuran keluarga secara mandiri dan penghasilan tambahan bagi keluarga yang di dukung oleh faktor halaman pekarangan rumah yang cukup luas untuk dapat di tanami sayuran, lahan pekarangan rumah yang cukup luas ini hampir di miliki secara keseluruhan dari masing-masing masayarakat di sekitar hutan. Selain itu Tanamaan Sayuran yang mememiliki perakaran yang dangkal juga dapat di tanam di bawah tegakan-tegakan tanaman hutan kayu-kayuan dan sekaligus sebagai pelindung tanaman sayuran pengganti paranet, dimana usaha-usaha pola Pertanian Agroforestry dapat lebih memumungkinkan di terapkan pada usahatani budidaya jenis – jenis sayuran organik. Restorasi Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas) pada ekosistem hutan masih dapat memungkinkan untuk dapat di lakukan oleh masyarakat di sekitar hutan di Kabupaten PALI terutama dalam penyediaan media tanaman yang memiliki unsur-unsur mikroorganisme penyubur tanah masih dapat di usahakan untuk mengembalikan kembali kandungan organik yang terdapat di dalam lapisan tanah atas (top soil) atau yang kita sebut tanah mengandung humus yang kaya akan unsur hara dan baik bagi tanaman sayur-sayuran dan sisa-sisa dedaunan dapat menjadi pupuk kompos buatan. Disamping itu untuk memperlengkap pasokan akan pupuk – pupuk organik masyarakat tani di sekitar hutan dapat menggunakan pupuk-pupuk kandang dari kotoran-kotoran ternak yang mereka usahakan sebagai pupuk organik tanaman sayur-sayuran. Selain itu tanaman-tanaman yang merupakan bahan baku pestisida organik masih banyak di jumpai di sekitar hutan untuk mempermudah masyarakat membuat pestisida-pestida organik buatan.
Adi Iskandar, SP
Tuesday, February 19, 2019
Beras Organik & Kemandirian Pangan
February 19, 2019
No comments
Kabupaten Penukal
Abab Lematang Ilir, 20 Februari 2019. Bertanam padi adalah salah satu usaha
masyarakat Desa Persiapan Simpang Solar, sebagai usaha hanya untuk sekedar
memenuhi kebutuhan beras keluarga, sawah-sawah yang ada merupakan sawah tadah
hujan, yang di usahakan masyarakat pada lokasi cekungan-cekungan, cekungan
tersebut adalah wilayah yang lebih rendah karena wilayah Desa Persiapan Simpang
Solar adalah wilayah yang berbukit. Bukit-bukit tersebut di tumbuhi tanaman
jenis kayu-kayuan atau tanaman-tanaman hutan lainnya. Karena Desa Persiapan
Simpang Solar adalah desa yang berada di sekitar kawasan hutan produksi. Lahan
berbukit tersebut juga merupakan kebun-kebun rakyat yang mana telah banyak di
usahakan sebagai kebun karet alam. Dulunya kebun-kebun karet ini adalah hutan
rakyat sebelum karet alam di kenal oleh masyarakat, kebun karet alam adalah
sumber utama pendapatan masyarakat, yang sampai saat ini masih belum dapat
memperbaiki prekonomian masyarakat, dari rendahnya harga jual. Lokasi
cekungan-cekungan tersebut sudah dimanfaatkan para petani utuk menanam padi
sudah dari sejak dulu, menariknya usaha bertaman padi yang di lakukan hampir
sama sekali tidak menggunakan pupuk, baik itu pupuk kimia ataupun pupuk organik
buatan.
Namun secara berulang-ulang para petani menanam padi tetap mendapatkan
hasil panen yang sesuai, informasi ini di peroleh dari pengakuan-pengakuan
petani yang memilki sawah di Desa Persiapan Simpang Solar. Hujan adalah sumber
air satu-satunya untuk mengairi sawah-sawah yang ada, apabilah rentang waktu
musim hujan cukup lama maka sawah-sawah tersebut dapat memberikan hasil panen 2
(dua) kali dalam 1 (satu) tahun. Soal pengendalian hama, penggunaan pestisida
kimia di lakukan apabila memang kondisi sawah tersebut hamanya sudah mencapai
ambang batas. Hama yang paling dominan merusak tanaman padi adalah Hama Walang
Sangit (Leptcorisa oratorius). Cara-cara
usaha menanam padi di lakukan oleh petani di Desa Simpang Solar masih di anggap
cara-cara biasa, seperti masyarakat pedesaan pada umumnya, mengelola lahan
dengan membajak pakai traktor tangan atau pakai cangkul, cara menanam juga
tanpa menggunakan mesin, panen menggunakan arit dan hasil panen di jemur
dibawah terik sinar matahari lalu di giling ke pabrik. Jumlah lahan persahawan
seperti ini memiliki puluhan lokasi yang sudah tergarap, namun belum di ketahui
secara pasti mungkin jumlahnya ratusan lokasi cekungan yang dapat di garap
menjadi lahan persawahan untuk dapat di kembangkan menjadi sawah-sawah baru.
Masing-masing lokasi memiliki luasan rata-rata 1 s/d 2 hektare yang di garap
masing-masing keluarga tani paling banyak 1 (satu) lokasi, karena jarak antara
sawah cukup jauh, sehingga apabila keluarga ingin menggarap di 2 (dua) lokasi
dapat memakan waktu proses pengerjaannya. Sumber benih padi sebagian besar
petani di sana, menurut informasi yang di dapat adalah menggunakan benih-benih
lokal atau dengan kata lain sumber dan nama jenis padi yang di tanam memilki
keberagaman nama dan asal dan mungkin memang ada benih padi yang merupakan
bersumber dari daerah tersebut. Karena ini perlu sebuah kegiatan untuk mendata
jenis-jenis benih padi yang di pergunakan oleh petani dan riwayat dari benih
padi tersebut berasal. Karena cukup penting bagi pertanian organik mengetahui
riwayat dari benih itu senddiri. Dari uraian di atas usaha tanam padi yang di
lakukan memilki beberapa faktor pendukung sebagai syarat tehnik-tehnik dan
kondisi geografi yang mendukung penerepan pertanian organik, namun pertanian
organik masih cukup asing bagi masyarakat Desa Persiapan Simpang Solar, untuk
itu perlu upaya untuk memperkenalkan pada masyarakat tentang pertanian organik,
agar dapat memberikan peluang pada petani keuntungan yang dapat di peroleh dari
penerapan usaha pertanian organik, terutama untuk menghasilkan beras organik. Beras
organik dapat di hasilkan melalui cara-cara dan perlakuannya pun secara
organik, baik itu sumber benih yang merupakan bukan dari hasil rekayasa
genetika, tindakan dan perlakuan mulai dari pembukaan lahan sampai penen
menjadi beras tidak menambahkan bahan-bahan yang mengandung unsur kimia yang berbahaya,
seperti penambahan pupuk dan pestisida kimia. Selain itu, Beras yang di
hasilkan untuk dapat memastikan bahwa beras tersebut tidak mengandung
bahan-bahan berbahaya harus dipastikan melalui uji laboratorium. Karena tidak
menutup kemungkinan dalam proses penerapan ataupun kondisi lahan dan lingkungan
pada lahan yang di garap tanpa kita sadari telah tercemar dari zat-zat kimia,
logam berat ataupun zat-zat lain yang berbahaya, sehingga dapat mencemari beras
yang kita hasilkan. Adanya banyak keuntungan apabila petani di pedesaan dapat
menghasilkan beras organik, secara garis besar yaitu, modal yang di keluarkan
lebih sedikit, hasil produksi meningkat tanpa pupuk dan pestisida kimia, lebih
tahan terhadap serangan hama, harga jual beras lebih mahal dari harga beras
biasa. Mengkonsumsi beras organik lebih menjamin kesehatan manusia yang
mengkonsumsinya, dan dapat menyembuhkan beberapa penyakit yang di derita
manusia, seperti : Meningkatkan daya tahan tubuh, memperlambat terjadinya
penuaan, mencegah terjadinya gangguan pada ginjal, menurunkan tekanan gula
darah pada tubuh, mencegah datangnya kanker dan lain-lain. Usaha bertanam padi
di Desa Persiapan Simpang Solar, memilki beberapa paktor sebagai syarat untuk
menghasilkan beras organik, namun cara-cara perlakuan bertanam padi yang di
lakukan, memilki banyak pendugaan-pendugaan, namun dapat di lakukan secara
kongkrit dengan menginvetarisir perlakuan masing-masing petani, melihat secara
detail kondisi lahan, riwayat benih, dan sebagai langkah-langkah yang paling
nyata adalah melakukan uji laboratorium dari beras yang di hasilkan
masing-masing petani. Selain itu diperlukan sebuah tindakan untuk mempertegas
mengenai standarisasi sistem pertanian organik kepada petani, baik itu melakukan
sosialisasi ataupun memberikan penawaran kepada setiap petani untuk menjalankan
standarisasi sistem pertanian organik. Karena ada beberapa dugaan-dugaan kuat
bahwa usaha bertanam padi yang mereka lakukan tanpa pupuk kimia dan pupuk organik,
masih tetap menghasilkan beras. Yaitu : Di duga kuat unsur hara yang di
butuhkan tanaman padi tersebut di peroleh dari unsur hara yang terbawah ke
sawah melalui air yang mengalir dari daerah perbukitan di sekitar masing-masing
sawah. Dan unsur hara yang tersedia di tanah lahan sawah yang di hasilkan dari
berkembang biaknya microba-microba penyubur tanaman, dan baik itu microba
pengurai bahan-bahan organik seperti sisa-sisa dedaunan, binatang dan
sebagainya, ataupun microba penambat N di udara, Microba pelarut Fospat. Yang
mana di duga kuat faktor-faktor yang menunjang keadaan Biologi Tanah berjalan
sempurna, sehingga ketersediaan unsur hara di dalam tanah dapat menunjuang kesuburan
tanaman. Ataupun sumber benih padi “Lokal” yang memiliki kemampuan jaringan
tanaman untuk dapat memproduksi sendiri unsur hara yang di perlukan tanamanan
baik itu : Unsur hara Nitrogen (N) yang dapat di tambat di udara melalui batang
dan daun. Unsur Hara Fosfor atau Phosphor (P) yang di urai melalui microba yang
terdapat di perakaran tanaman padi. Dan unsur-unsur lainnya seperti Kalium (K),
Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Belerang atau Sulfur (S), Boron (B), Tembaga (C),
Seng atau Zinc (Zn) Besi atau Ferro (Fe), Molibdenum (Mo), Mangan (Mn), Khlor
(CI) Natrium (Na), Cobalt (Co), dan Silicone (Si). Yang di serap melalui fungsi
akar (rhizosphere function) tanaman yang kuat dan cepat menjalar sehingga
dengan leluasa dapat mengakses unsur hara di dalam tanah. Sebagai reprensi untuk
memperkuat dugaan-dugaan tersebut adalah salah satu mengenai ulasan di atas
yang di peroleh dalam salah satu artikel media online, tentang “Padi Lokal
Tanpa Pupuk Hasil 8 Ton”. Dimana dalam artikel tersebut menjelaskan bahwa
Petani Banjar mempunyai ratusan jenis padi lokal. Yang menganut sisitem
pertanian lestari dengan masukan rendah (low input sustainable
agriculture/LISA) atau bahkan tanpa pupuk. Banjar telah melakukan tehnik ini
sejak lebih dari 100 tahun yang lalu. Apakan dugaan-dugaan tersebut memilki
kebenaran, sehingga mengisi satu sama lain, baik itu kemampuan benih dalam
memperoduksi unsur hara yang di perlukan, ketersediaan unsur hara yang terbawa
oleh air dari wilayah perbukitan dan
unsur hara yang tersedia di lahan sawah hasil dari kegiatan micro organisme di
dalam tanah. Dari semua dugaan itu di perlukannya pembuktian-pembuktian baik
itu menginvetarisir perlakuan petani, dan menginvetarisir keadaan sawah-sawah
yang ada. Namun untuk pembuktian tersebut baik itu perlakuan ataupun keadaan
sawah masing-masing petani, lebih tepat jika ada usaha untuk melakukan uji
sampel dari masing-masing beras yang di hasilkan petani, baik itu uji kadar
unsur kimia, unsur logam berat, zat yang berbaya, dan terpenting kandungan zat
organik dari beras yang di hasilkan, sehingga dugaan-dugaan yang akan di
buktikan melalui kegiatan lapangan dapat lebih kuat dengan adanya pengujian
tersebut. Keuntungan dan kelebihan dari penerapan usahatani sistem pertanian
organik, dimana secara garis besar bagi masyarakat pedesaan tidaklah sulit jika
masyarakat desa memahami tentang usaha pertanian organik, namun kelebihan
pertanian organik ini banyak sekali, baik itu : Meningkatnya aktivitas microorganisme
yang menguntungkan bagi tanaman, baik itu Microorganisme Rizobium, Microriza,
Trocoderma, SP dan lain-lain, yang memilki fungsi dan peran masing-masing, baik
itu fungsi penyediaan unsur hara yang di perlukan tanaman, fungsi menekan pertumbuhan
hama dan penyakit tanaman. Meningkatkan cita rasa dan kandungan gizi dari beras
yang di hasilkan, beras menjadi pulen, terasa manis dan segar, dan memiliki
daya simpan yang lebih lama.Meningkatkan ketahanan dari organisme penggangu dan
lebih tahan terhadap serangan penyakit, karena ketersedian unsur hara macro dan
micro lengkap terpenuhi sehingga tanaman lebih kuat dan sehat. Membantu mengurangi
erosi karena tanah lebih gembur dan memilki banyak rongga-rongga yang memilki
sifat dapat menahan air dan penyimpanan oksigen dalam tanah, sehingga air tidak
mudah mengalir. Sehingga dari kelebihan-kelebihan tersebut beras organik yang
di hasilkan harga jualnya jauh lebih mahal dari beras biasa, karena beras-beras
organik ini sangat sulit di peroleh karena banyak para petani tidak menerapkan
pertanianna dengan sistem pertanian organik. Keseimbangan biologi tanah dapat
memberikan kelangsungan hidup microoraganisme yang menguntungkan tanaman dapat
memberikan siklus sistem pertanian organik secara berkelanjutan tanpa melakukan
usaha-usaha perbaikan biologi tanah yang lebih besar. Dari uraian tersebutlah
yang melatar belakangi adanya program Usaha Budidaya Padi Organik di Desa
Persiapan Simpang Solar, program ini bertujuan untuk memperkenalkan pada
masyarakat bagaimana mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari hasil
penerepan sistem pertanian organik, tanpa harus memperluas areal tanam dan
pemberian pupuk-pupuk kimia. Dengan cara menyesuaikan sistem pertanian
yang sudah mereka lakukan pada sistem
yang medekati cara-cara pertanian organik, sehingga para petani dapat memahami
betul apa itu sistem pertanian organik dalam menghasilkan beras organik, yang
mana tujuan ini agar para petani dapat meningkatkan hasil panennya, dan
menghasilkan beras organik yang mempunyai nilai kesehatan dan nilai jual yang
tinggi, agar para petani selain untuk dapat memenuhi kebutuhan beras keluarga,
juga dapat menjual beras organik yang dapat melalui peningkatan hasil panen dan
harga jual yang tinggi. Yang harapannya melalui penerpan sistem pertanian
organik untuk dapat menghasilkan beras organik dapat memperbaiki prekonomian
keluarga tani, melalui pengembangan usaha bertanam padi organik. Yang selama
ini usaha bertanam padi hanya untuk memenuhi kebutuhan beras keluarga, tidak
untuk di jual, dimana untuk memenuhi kebutuhan pangan dan sandang lainnya di
peroleh dari usaha berkebun karet alam. Selain itu program ini juga secara
garis besar bertujuan untuk meningkatkan prekonomian keluarga tani baik itu
pengembangan usaha-usaha pertanian yang sudah di lakukan, juga penggalian
potensi-potensi usaha yang dapat di garap terutama di sektor pertanian, baik
itu pengembangan dari usaha yang ada, juga pengembangan produk turunan dari
usahatani yang sudah di jalankan. Misalnya pengembangan usaha bertanam padi organik
melalui usaha jasa lingkungan sebagai desa yang berada di kawasan pinggiran
hutan, usaha jasa edukasi, usaha jasa wisata alam dan pertanian lain-lain
sehingga masyarakat terutama keluarga tani dapat memperbaiki prekonomian
keluarga di segala aspek. Adi Iskandar, SP